Di antara hijaunya dataran Kampar yang banyak menyimpan jejak peradaban kuno Melayu Tua, berdirilah sebuah kawasan wisata yang tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga saksi sejarah dan simbol modernisasi kota Bangkinang yaitu Stanum Bangkinang. Nama “Stanum” sendiri berasal dari bahasa Latin untuk timah, merujuk pada potensi tambang yang dahulu pernah menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi di Riau.
Terletak strategis di pusat Kota Bangkinang, Stanum menawarkan perpaduan antara lanskap alami dan rekayasa ruang wisata yang dirancang untuk publik dari berbagai kalangan. Kawasan ini bukan sekadar tempat bersantai, tetapi telah menjadi identitas urban masyarakat Kampar dan wajah ramah kota Bangkinang kepada para pengunjung dari luar.
Dari Taman Kota Menjadi Magnet Wisata Daerah
Stanum awalnya merupakan area perbukitan yang dijadikan ruang terbuka publik. Namun, dalam perjalanannya, pemerintah daerah menjadikannya kawasan terpadu yang memuat fasilitas wisata keluarga, taman, kolam renang, tempat bermain anak, hingga wahana edukasi. Fasilitas ini menjadikan Stanum sebagai salah satu destinasi favorit warga lokal maupun wisatawan domestik yang melintas di jalur lintas Riau–Sumatera Barat.
Salah satu daya tarik utama Stanum adalah keberadaan taman rekreasi air yang cukup luas, lengkap dengan kolam anak-anak, pancuran, dan wahana permainan. Area ini dirancang sebagai ruang hiburan yang sehat dan terjangkau, sekaligus sebagai sarana pendidikan informal untuk anak-anak dan pelajar.
Jejak Budaya dan Identitas Lokal
Selain wahana hiburan, Stanum juga menyimpan elemen budaya lokal. Ornamen-ornamen khas Kampar, seperti bentuk atap lancip menyerupai gonjong rumah adat, dan patung-patung dekoratif yang menggambarkan kehidupan masyarakat Kampar zaman dulu, menjadi penghias area taman. Di sini, pengunjung tidak hanya menikmati suasana segar dan asri, tetapi juga dapat belajar tentang kearifan lokal melalui elemen visual yang dikemas secara modern.
Bagi masyarakat Bangkinang, Stanum juga berperan sebagai ruang publik untuk acara-acara besar. Mulai dari peringatan hari kemerdekaan, festival budaya, hingga ajang olahraga tingkat kabupaten, semuanya sering digelar di area terbuka ini. Dengan demikian, Stanum tak hanya sekadar tempat wisata, melainkan juga arena ekspresi sosial dan budaya masyarakat Kampar.
Fasilitas, Akses, dan Ekonomi Rakyat
Ketersediaan fasilitas yang memadai membuat Stanum nyaman dikunjungi oleh keluarga dan rombongan. Tersedia lahan parkir yang luas, jalur pedestrian yang ramah anak dan lansia, kios UMKM yang menjual makanan khas daerah, serta area istirahat yang sejuk di bawah rindangnya pepohonan tropis.
Secara ekonomi, keberadaan Stanum memberikan dampak positif bagi pelaku usaha kecil di sekitar kawasan. Pedagang makanan tradisional seperti lempuk durian, kerupuk ubi, dan minuman segar khas Kampar memperoleh ruang usaha yang produktif, terutama di akhir pekan atau masa libur sekolah.
Menuju Destinasi Wisata Edukatif dan Berwawasan Lingkungan
Ke depan, Stanum Bangkinang diproyeksikan sebagai destinasi wisata edukatif yang terintegrasi dengan misi pelestarian lingkungan. Pengembangan taman tematik, ruang baca terbuka, serta spot-spot literasi sejarah lokal menjadi bagian dari konsep revitalisasi yang lebih menyeluruh.
Dengan menyeimbangkan fungsi rekreasi, edukasi, dan konservasi budaya, Stanum menjadi representasi kecil dari impian besar Kampar sebagai pusat wisata berbasis budaya dan nilai-nilai lokal. Ia menjadi titik temu antara masa lalu dan masa kini, antara hiburan dan pembelajaran, serta antara alam dan masyarakat.
Stanum Bangkinang bukan hanya ruang tamasya, tetapi juga medium refleksi atas dinamika sosial dan budaya Kampar. Di balik taman-taman yang hijau dan kolam-kolam yang ramai tawa, tersimpan semangat kolektif masyarakat Kampar dalam membangun ruang publik yang berdaya, berbudaya, dan berkelanjutan.
Stanum bukan hanya destinasi, tetapi cerminan wajah Kota Bangkinang hari ini dan esok.