Dalam momentum Hari Pahlawan Nasional, masyarakat Riau kembali menengok ke belakang, ke tanah yang dikenal paling sulit ditembus dalam sejarah kolonial Belanda: Kampar.
Wilayah ini bukan hanya benteng perlawanan terakhir di Sumatera Tengah, tetapi juga rahim lahirnya para tokoh yang kelak mengintegrasikan wilayah teritorial Provinsi Riau saat ini ke dalam pangkuan Republik Indonesia.
Kampar dikenal sebagai salah satu daerah paling sulit ditaklukkan oleh kolonial Belanda. Hal itu terekam dalam berbagai sumber Eropa seperti Koloniaalverslaag, catatan Perjalanan Tomas Dias, hingga karya monumental J.W. IJzerman. Dalam bukunya Dwars Door Sumatra (1895), pada bagian yang membahas Kampar, tepatnya halaman 149, IJzerman menulis secara eksplisit:
“Geen Europeaan drong in deze streken door, orang V Kota lawan Companie,”
yang berarti, “Tidak ada orang Eropa yang dapat menembus wilayah ini, karena orang V Koto melawan Kompeni.”
Pernyataan itu bukan hanya catatan ekspedisi, melainkan pengakuan atas keberanian dan keteguhan rakyat Kampar dalam mempertahankan kedaulatan tanah mereka.
Pada masa “tahun-tahun api” antara 1890-1899, muncul sederet nama pejuang tangguh Kampar yang kini layak diangkat sebagai Pahlawan Nasional, karena banyaknya bukti tertulis dari arsip kolonial yang sejalan dengan cerita turun-temurun masyarakat setempat.
Mereka adalah: Gandulo Datuok Tabano, Karim Datuok Saibu Gaghang, Kasir (Panungkek) Datuok Saibu Gaghang, Taiban Datuok Bandaro Sati, Saleh Datuok Si Ampang Langka, Usman Datuok Dubalang Kayo, Hadji Ismail Datuok Panglimo Caka, Tengku Daud Datuok Ghajo Angiek Gaghang, Manan, dan Kosat.
Nama-nama ini bukan hanya sekedar legenda, tetapi bukti nyata bahwa perjuangan Kampar adalah bagian penting dari narasi besar perlawanan Nusantara terhadap kolonialisme. Mereka mengorbankan segalanya, harta, keluarga, bahkan nyawa demi mempertahankan marwah dan kedaulatan bangsanya. Beberapa tokoh gugur dalam ekspedisi besar-besaran Belanda 28 Agustus 1899 dan menandai awal mula Belanda mulai mengatur V Koto Kampar Secara Administratif.
Setelah Belanda berhasil menembus wilayah V Koto secara administratif, estafet perjuangan dilanjutkan oleh generasi baru pejuang Kampar: Mahmud Marzuki, Haji Mohammad Amin, Abdul Latif Athar, Abdul Malik Yahya, A. Latief Datuok Bandaro Sati, Hamzah Yunus, dan tokoh-tokoh lainnya.
Mereka bukan hanya pejuang bersenjata, melainkan pemikir, Ulama organisator, dan tokoh yang berperan besar dalam mengintegrasikan daerah Riau ke Republik Indonesia.
Tokoh-tokoh inilah yang menjadi orang pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih di wilayah yang kini dikenal sebagai Provinsi Riau, suatu provinsi yang selama berpuluh-puluh tahun menjadi tulang punggung ekonomi Republik Indonesia melalui sumber daya alamnya.
Mereka juga terlibat dalam perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Tengah melalui Pasukan Harimau Kampar, yang berperan melindungi para pejabat PDRI di Bangkinang.
Bahkan pada masa mereka, diselenggarakan pula Komisi Tiga Negara (KTN) di Kuok, yaitu peristiwa penting diplomasi Indonesia pasca agresi militer Belanda kedua. Tugu peringatan KTN di Pulau Balai Kuok kini telah diresmikan oleh Gubernur Riau, Danrem Wira Bima, dan Kapolda Riau pada tahun 2023, menandai pengakuan sejarah atas peran besar Kampar dalam mempertahankan kedaulatan Republik.
Aksi-aksi besar itu membuktikan bahwa perjuangan masyarakat Kampar tidak berhenti di masa kolonial, tetapi berlanjut hingga masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Selain para tokoh laki-laki, Kampar juga melahirkan pejuang perempuan hebat, Gadis Rasjid, seorang wartawan tangguh yang dengan pena dan keberaniannya turut menyalakan semangat nasionalisme di seantero Republik. Ia menjadi simbol bahwa perjuangan Kampar tidak hanya digerakkan oleh kekuatan senjata, tetapi juga oleh kekuatan intelektual dan komunikasi.
Dari Gandulo Datuok Tabano hingga Gadis Rasjid, dari Karim Datuok Saibu Gaghang hingga Haji Mohammad Amin, nama-nama ini adalah warisan sejarah yang menghidupkan kembali ingatan kolektif bangsa bahwa Kampar bukan hanya sebatas daerah, tetapi jantung perjuangan yang mengalirkan darah keberanian bagi Republik Indonesia.
Kesimpulannya, inilah nama-nama pahlawan besar dari Kampar, Riau:
- Gandulo Datuok Tabano
- Karim Datuok Saibu Gaghang
- Kasir Panungkek Datuok Saibu Gaghang
- Taiban Datuok Bandaro Sati
- Saleh Datuok Si Ampang Langka
- Usman Datuok Dubalang Kayo
- Hadji Ismail Datuok Panglimo Caka
- Tengku Daud Datuok Ghajo Angiek Gaghang
- Manan
- Kosat
- Mahmud Marzuki
- Haji Mohammad Amin
- Abdul Latif Athar,
- Abdul Malik Yahya
- A. Latief Datuok Bandaro Sati
- Hamzah Yunus
- dan Gadis Rasjid.
Tokoh-tokoh lainnya masih terus ditelusuri, bukan berarti tidak dihargai, melainkan demi memastikan setiap nama yang disebut mendapat tempat yang layak dalam catatan sejarah bangsa.