Dibalik kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Kabupaten Kampar, terdapat satu sajian kuliner yang tak hanya menggoda selera, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan simbolik yang dalam: Lomang Tapai. Makanan tradisional ini telah menjadi bagian integral dari identitas gastronomi masyarakat Kampar, khususnya dalam menyambut hari-hari besar seperti Idul Fitri, Hari Raya Enam (Aghi Ghayo Onam), kenduri, atau pesta adat.
Lemang, sebagaimana dikenal secara umum di wilayah-wilayah Melayu, adalah olahan beras pulut (ketan putih) yang dimasak dalam ruas bambu muda yang dilapisi daun pisang, kemudian dibakar secara perlahan di atas bara api. Di Kampar, proses ini tak sekadar teknik memasak, melainkan juga bentuk kebersamaan. Selama lemang dimasak berjam-jam, orang-orang berkumpul, berbincang, dan menjaga api secara bergantian. Suasana ini merefleksikan nilai gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat adat Kampar.
Namun, yang membuat lemang Kampar berbeda dari wilayah lain adalah kehadiran tapai pulut hitam yang manis dan sedikit asam, menjadi pasangan sempurna bagi tekstur kenyal lemang. Tapai dibuat melalui proses fermentasi tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, dengan kontrol suhu, waktu, dan kadar kelembapan yang teliti. Tapai Kampar memiliki aroma khas, dengan keseimbangan rasa yang menunjukkan kepiawaian lokal dalam teknik pengolahan pangan berbasis kearifan tropis.
Secara simbolik, kombinasi lemang dan tapai melambangkan kesatuan antara dua hal yang berbeda tetapi saling melengkapi – keras dan lembut, hangat dan dingin, tradisi dan inovasi. Dalam perhelatan adat, lemang tapai disajikan sebagai wujud syukur atas hasil panen, keselamatan keluarga, dan keberkahan rezeki.
Kuliner ini juga menjadi bagian penting dalam ritual sosial masyarakat Kampar. Dalam pesta pernikahan, misalnya, lemang tapai menjadi simbol penyambutan tamu dengan kemuliaan dan keramahan. Di momen balimau kasai sebelum Ramadan, sajian ini melengkapi acara makan bersama keluarga besar yang menandai persiapan spiritual menyambut bulan suci.
Kini, lemang tapai Kampar tidak hanya hadir di dapur tradisional, tetapi juga mulai ditawarkan oleh pelaku UMKM sebagai produk unggulan daerah. Dengan kemasan modern tanpa meninggalkan cita rasa asli, lemang tapai telah menembus pasar wisata kuliner di Pekanbaru, Sumatera Barat, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura, membuktikan bahwa makanan warisan bisa menjadi produk ekonomi kreatif yang membanggakan.
Lebih dari sekadar panganan, lemang tapai adalah warisan budaya yang menyatu dalam lidah dan jiwa masyarakat Kampar. Ia adalah narasi rasa yang mencerminkan keluhuran nilai adat, kehangatan sosial, dan kekayaan etnobotani masyarakat Kampar.