Limo Koto Kampar: Lintasan Menakutkan Bagi Penjajah Eropa

Ilustrasi AI Pejuang 5 Koto

Limo Koto Kampar: Lintasan Menakutkan Bagi Penjajah Eropa

Kuok – Salo – Bangkinang – Air Tiris – Rumbio

Dalam catatan sejarah kolonial Belanda, wilayah 5 Koto Kampar tercatat sebagai salah satu daerah yang sangat sulit ditaklukkan. Bahkan, dalam buku Dwars door Sumatra karya J.W. IJzerman (1895), disebutkan secara eksplisit:

“Geen Europeaan drong in deze streken door: ‘orang V Kota lawan companie’.”

(Tidak ada orang Eropa berani melintasi kawasan ini karena: ‘orang V Kota lawan Companie’).

Kutipan Buku Dwars door Sumatra karya J.W. IJzerman (1895), hal 149 dan Terjemahan ANRI

Kutipan Buku Dwars door Sumatra karya J.W. IJzerman (1895), hal 149 dan Terjemahan ANRI

Kutipan ini terdapat di halaman 149 dalam edisi asli bahasa Belanda, yang disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Ini menjadi bukti bahwa kekuatan sosial dan militansi lokal masyarakat Limo Koto begitu ditakuti, bahkan oleh kekuatan kolonial sekalipun.

Siapa Itu “Orang V Kota”?

Limo Koto atau 5 Koto Kampar terdiri dari wilayah:

– Kuok

– Salo

– Bangkinang

– Air Tiris

– Rumbio

Kelima wilayah ini dikenal sebagai kawasan yang padat penduduk, saling terhubung melalui jalur sungai dan adat, serta memiliki pemimpin-pemimpin lokal yang kuat. Dalam laporan VOC yang ditulis oleh Tomas Dias (1684), wilayah ini telah disebut sebagai daerah yang memiliki struktur pemerintahan lokal yang solid. Untuk menaklukkannya, Belanda harus terlebih dahulu “menundukkan para kepala suku dan panglima perang”.

Tanah Kaya, Rakyat Kuat

Belanda tertarik pada kawasan ini bukan hanya karena letaknya yang strategis, tetapi juga karena kekayaan alamnya:

  • Tambang timah dan emas
  • Hasil hutan seperti damar dan rotan
  • Potensi perdagangan dari Sungai Kampar

Namun, semua ambisi itu terhambat oleh kenyataan pahit: kendali militer dan politik kolonial tidak pernah benar-benar berhasil di wilayah ini, bahkan di masa pendudukan Jepang sekalipun.

Warisan yang Bukan untuk Arogan

Warisan sejarah perlawanan ini bukan untuk disombongkan atau dijadikan alasan bertindak semena-mena. Ia adalah simbol keberanian membela kebenaran, harga diri, dan solidaritas antar warga. Watak keras orang Kampar adalah watak menjaga martabat bukan kekerasan tanpa arah.

Referensi:

1. IJzerman, J.W. Dwars door Sumatra. Tocht van Padang naar Siak onder leiding van den hoofd-ingenieur der staats-spoorwegen J.W. IJzerman. Haarlem: F. Bohn, 1895. Hal. 149.

➤ Versi digital via Perpustakaan Nasional Belanda atau [ANRI].

2. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dokumen terjemahan dan katalog Belanda.

3. Laporan Ekspedisi Tomas Dias ke pedalaman Minangkabau dan Kampar, 1684 (ANRI).

Bagikan Postingan:

Postingan Terkait