Di antara lekuk perbukitan dan bentangan rimba Kecamatan Kampar Kiri Hulu, berdiri sebuah entitas geologis yang mengundang decak kagum dan ketakjuban: Gunung Djadi. Gunung dengan ketinggian 1.100 MDPL ini merupakan satu-satunya entitas geomorfologis di wilayah Kabupaten Kampar yang secara sosial-budaya dan ekologis layak menyandang sebutan gunung, baik secara simbolik maupun ilmiah.
Letak dan Karakter Geografis
Gunung Djadi terletak di kawasan hulu Sungai Subayang, bagian dari Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Gunung ini berdiri dalam bentang Pegunungan Bukit Barisan Timur yang menjalar dari Sumatera Barat hingga ke kawasan Kampar. Secara administratif, wilayah ini merupakan perbatasan alami antara provinsi Riau dengan Sumatera Barat, serta merupakan salah satu koridor ekologis penting dalam kawasan konservasi Taman Nasional Rimbang Baling.
Secara topografi, Gunung Djadi menjulang dengan kontur batuan keras, berpuncak runcing dan dikelilingi hutan tropis primer yang masih relatif perawan. Elevasinya yang menonjol dibanding bukit-bukit di sekitarnya, disertai formasi batu granit dan andesit tua, menjadikan gunung ini bukan sekadar “bukit”, melainkan entitas geomorfik yang layak dikategorikan sebagai gunung monolitik.
Mengapa Layak Disebut Gunung?
Dalam ilmu geomorfologi dan geografi, suatu elevasi dapat disebut “gunung” jika memenuhi sejumlah indikator: tinggi relatif yang signifikan dari permukaan dasar, struktur batuan yang kompleks dan keras, serta memiliki peran ekologis dan budaya yang menonjol. Gunung Djadi memenuhi ketiganya.
- Tinggi Relatif dan Struktur Geologis
Gunung Djadi menonjol secara mencolok dari elevasi sekitarnya, dan disusun oleh batuan beku tua yang telah mengalami pelapukan lambat. Analisis citra satelit dan peta geologi menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan bagian dari jalur patahan aktif yang menghasilkan intrusi batuan keras, ciri khas struktur gunung purba. - Bukti Budaya dan Simbolik
Dalam narasi lokal masyarakat adat Kampar Kiri Hulu, Gunung Djadi bukan sekedar topografi, tetapi juga simbol sakral. Ia sering disebut dalam pantun, doa-doa adat, dan cerita lisan sebagai tempat keramat, tempat berpantang, atau bahkan gunung penyangga dunia. Kehadirannya menjadi axis mundi, sumbu spiritual alam yang dihormati dan dijaga. - Isolasi Ekologis dan Keanekaragaman Hayati
Gunung Djadi menjadi penyangga sistem air lokal dan rumah bagi spesies endemik dataran tinggi Sumatra bagian timur. Vegetasi lerengnya terdiri atas pohon keras, anggrek hutan, rotan liar, dan menjadi habitat alami bagi harimau sumatra, rangkong, serta mamalia arboreal seperti kukang dan siamang.
Narasi Lisan dan Tapak Leluhur
Dalam tradisi masyarakat adat Kenegerian Tanjung Belit dan kawasan adat Subayang lainnya, Gunung Djadi diyakini sebagai tapak leluhur, tempat bersemedi para ninik mamak zaman dahulu, serta batas alam yang memisahkan negeri Kampar Hulu dengan dunia luar. Nama “Djadi” berasal dari akar kata jadi (bahasa Melayu tua) yang berarti “terjadi”, “sudah ada”, atau “yang pertama”. Ini merujuk pada kepercayaan bahwa gunung tersebut adalah salah satu ciptaan awal saat dunia dibentuk oleh Sang Pencipta.
Gunung Djadi juga disebut dalam kisah pengembaraan leluhur Andiko 44 Kampar, sebagai titik pertemuan antara alam atas dan alam bawah. Beberapa pemuka adat bahkan menyebut kawasan ini sebagai “tempat di mana para roh berkumpul sebelum berpulang”, menjadikannya wilayah tabu untuk dirusak.
Potensi Geowisata dan Konservasi
Sebagai kawasan yang hampir belum tersentuh modernisasi, Gunung Djadi memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi geowisata, trekking spiritual, dan pusat studi ekologi tropis. Keasrian alamnya cocok dikembangkan sebagai situs wisata berbasis edukasi dan konservasi, bukan wisata massal.
Namun demikian, tantangan serius mengintai. Perluasan ladang ilegal, perburuan liar, serta ancaman eksplorasi sumber daya alam mengintai kawasan Gunung Djadi dari berbagai arah. Oleh karena itu, perlu ada pengakuan resmi terhadap kawasan ini sebagai warisan geologi dan budaya Kampar, agar ia dapat dilindungi sebagai bagian dari identitas lanskap Melayu Tua.
Gunung Djadi adalah puncak sunyi yang memikul sejarah bumi dan langit sekaligus. Ia bukan hanya milik Kampar, tetapi juga milik peradaban. Kini saatnya ia dikenal, dihormati, dan dijaga.