“Kalau kau dengar suara tangisnya sayup dari kejauhan, hati-hatilah. Karena itu tandanya… Cikunyak sudah berdiri di belakangmu.”
Di tengah kabut malam Kampung Binuang, sebuah Kampung tua di Kenegerian Bangkinang, Kampar Riau, hidup sebuah legenda yang diturunkan dari generasi ke generasi. Namanya Cikunyak atau Ci-Ku-Nyi-ak. Bukan hantu biasa, bukan pula makhluk buas dari hutan. Ia adalah arwah anak kecil yang meninggal tidak wajar, dan dipercaya sebagai anak hasil hubungan di luar pernikahan, yang tidak diakui, tidak disambut, dan tidak diselamatkan.
Lahir dari Dosa, Hidup dalam Tangisan
Cikunyak dipercaya mati dalam kandungan atau tak lama setelah lahir, tanpa nama, tanpa doa, tanpa kasih. Ia dikuburkan sembunyi-sembunyi di hutan kecil dekat Melang, Binuang, tepat di pinggir Antara Sungkinang dan Tabukik, tempat orang dahulu enggan membangun rumah.
Arwahnya tidak tenang. Ia tidak naik ke langit, tidak menyatu dengan tanah. Ia terombang-ambing sebagai roh penasaran, mengembara antara pohon-pohon pisang tua dan bubungan rumah-rumah penduduk yang remang.
Sosok yang Kecil, Tapi Membuat Dada Sesak
Cikunyak berwujud seperti bayi kecil atau balita, dengan kulit pucat kebiruan, mata bundar tanpa kelopak, dan mulut kecil yang terus menangis. Tapi tangisnya menipu:
Jika tangisnya terdengar jauh, katanya dia sudah dekat, mungkin berdiri di balik kelambu tempat tidurmu.
Jika tangisnya terdengar dekat, dia justru sedang mengendap dari kejauhan. Tapi jangan santai dulu, itu hanya tipu daya.
Waktu Favoritnya: Selepas Jam 8 Malam
Cikunyak tidak suka anak-anak yang masih terbangun lewat jam 8 malam, apalagi yang tertawa-tawa, main gawai, atau diam-diam mencuri cemilan. Ia datang bukan untuk menculik. Tapi untuk menggelitik hingga mati.
Konon, Cikunyak memiliki tangan mungil namun dingin dan kuat, yang bisa menggelitik tubuh anak-anak hingga kehabisan napas dan meninggal. Jika kau mendengar tawa-tawa kecil di loteng rumah, tapi tidak ada siapa-siapa, mungkin itu bukan tawa adikmu, tapi tawa puas Cikunyak.
Ia Bisa Berubah Wujud
Untuk menyamar, Cikunyak sering menjelma menjadi:
- Kucing berbulu hitam yang memandang ke arah kosong di pojok ruangan.
- Burung kecil yang tiba-tiba hinggap di jendela saat malam.
- Bola kecil yang muncul di bawah tempat tidur lalu hilang begitu saja.
Tak ada yang tahu wujud aslinya. Tapi satu ciri khasnya tak pernah berubah: ia selalu menangis.
Pesan Orang Tua di Kampung Binuang
Orang tua di Binuang masih berkata kepada anak-anak mereka:
> “Tidur sebelum pukul Sembilan. Jangan kalian tunggu suara Cikunyak, nanti nyawa kalian yang diundang.”
Dan di malam-malam tertentu, ketika angin datang dari arah Sungai Uwai atau Way terdengar sayup suara tangis lirih yang menyayat:
> “Eeee…eeee…eaaa…”
Potensi Sinema dan Kearifan Lokal
Legenda Cikunyak bukan hanya cerita horor, tapi peringatan sosial dan pendidikan kultural. Ia menyiratkan:
– Bahaya hubungan di luar nikah yang berujung pada penelantaran anak.
– Pentingnya pendidikan anak dan etika jam malam dalam tradisi Kampar.
– Peran kisah-kisah rakyat dalam menjaga adat dan tata kehidupan masyarakat.
Apakah Cikunyak masih ada?
Itu tergantung. Jika malam ini kamu mendengar suara tangisan bayi di luar jendela, padahal tidak ada bayi di rumahmu, dan jam sudah lewat 8 malam…
Jangan buka jendela. Jangan menoleh. Dan matikan lampumu..